Gw suka gaya lu, Tuhan

Hari minggu ini super leyeh2, marathon nonton filmnya mas nicho.. mulai dari AADC, Janji Joni dan 3hari untuk selamanya. Eh sore harinya dung, ketemuuuuuu bintang aslinya ❤️❤️❤️. Trimakasih Tuhan kau memang penghibur yang maha baik.
nb. Gw masih ga percaya bokap gw nyuruh gw operasi plastik. Gw ga sejelek itu kan? Setidaknya sama sekali terlintas di pikiran gw untuk melakukan itu.

[Japan Trip] Hana Hostel Kyoto


Jadi di sini lah kami menginap selama di Kyoto, Hana Hostel Kyoto. Gak susah kok nyarinya. apalagi dengan petunjuk yang ada webnya. Tidak terlalu jauh dari Stasiun Kyoto, dekat dengan pusat perbelanjaan, dan banyak restoran lezat di sekitarnya. Cihuy banget deh tinggal di sini.

Salah satu yang menarik dan sangat membantu dari Hostel ini, ramalan cuacanya. Ini photo dari Rara, teman gw yang tanpa direncanakan ke Kyoto hampir berbarengan dengan perjalanan kami. Dan tanpa direncanakan, dia juga menginap di hotel yang sama. Bwahahahaha, Tuhan memang senang bercanda.


~ suasana ruang resepsionis dan rak sepatu ~

~ area wc di lantai dua ~

~ suasana dapur dan ruang bersama ~

Untuk gambar kamar, sama persis seperti ada yang di web. Tiap orang dapat colokan dan lampu pribadi untuk yang di dorm, dan tirai supaya tidak menganggu dan terganggu yang lain. 

Dapurnya ada gratis teh dan gula. Bisa naruh barang juga di kulkas dan dihangatkan kembali di microwave. Kamar mandinya bersih dan ada air hangatnya. Kalau lupa bawa shampoo atau sabun, jangan khawatir, mereka juga menyediakan secara gratis. 

Karyawannya ramah dan sangat membantu. Di sini juga dijual bus pass, jadi tidak  perlu repot-repot mencari di mana harus membelinya. Puas banget deh tinggal di sini.

[Japan Trip] Menuju Kyoto

~ trimakasih Yokohama untuk pengalaman serunya ~

Setelah bermalam di Jonathan's, kami pun bersiap-siap meninggalkan Tokyo menuju Kyoto. Matahari mulai muncul malu-malu, para pekerja bangunan bersiap-siap pulang, Stasiun Yokohama juga mulai berdenyut kembali. Kami? Berdiri terdiam melihat mesin yang cukup rumit ini.


Karena kami belum menukar JRP, maka mau tidak mau harus menghadapi mesin ini. Jadi bagaimana, akhirnya kami bisa membeli tiket monorail dengan mesin ini?

  • Memilih tipe tiket. Yang patut diingat, tiket dipilih bukan berdasar destinasi akhir yang kamu inginkan. Tapi, berdasarkan harga dari destinasi yang kamu tuju. Lah piye taunya? Tenang, di atas mesin, ada rute perjalanan kereta beserta tarifnya. Jadi kamu tinggal berhitung, tentukan pilihan baru berhadapan lagi dengan mesin ini. 
  • Bayar tiket. Mesin ini mengenal tiga cara pembayaran, dengan logam, kertas dan kartu. Silakan membayar dengan yang kamu suka. 
  • Ambil tiket. Tiket dan kembalian (kalau ada) jangan lupa diambil. 
Setelah berhasil mendapatkan tiket, kami segera ke Shin Yokohama untuk menukar JRP dan naik shinkansen ^^.  Shinkasen ini keren banget, biar jalannya cepet banget, orang-orang yang di dalamnya tidak merasakan hal tersebut. Kita bahkan bisa berjalan, berlari tanpa terjatuh.

~ yeaaah, akhirnya bisa juga megang JRP, siap menjelajah Jepang dengan kereta ~

~ pemandangan luar dari dalam shinkansen ~

~ keadaan di dalam shinkansen ~

~ biarpun sudah bayar mahal, kalau kondisi shinkasen lagi penuh, 
mereka tetap berdiri tanpa mengeluh atau melirik2 ke arah kursi yang sedang diduduki ~

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, kami akhirnya tiba di Kyoto. Disambut langit mendung, dan demo. :))

~ kyoto tower hotel, tapi kami ga nginep di sana :P ~

~ demonya ga bikin susah orang lain ~ 

[Japan Trip] Menggelandang di Negeri Sakura

~ menunggu kereta Metro Line yang membawa kami dari Bandara ke Hamamatsucho ~

~ vending machine pertama tempat gw membelanjakan Yen gw, 
mirip sama yang di halte TJ tapi bisa ngasih kembalian .. Canggih #ndeso ~ 

Perjalanan dari Bandara ke Hamamatsucho dilanjutkan ke Yokohama berlangsung lancar. Bangga pada diri sendiri karena tidak tersesat, membuat kami berpikir telah berhasil menaklukan Tokyo. Tapiiii, ternyata kesimpulan itu terlalu cepat, saudara-saudara. Ada satu hal yang lupa diperhitungkan! Bahwa ternyata Stasiun di Tokyo tidak bisa diinapi. Damn !

Kedinginan karena suhu hampir nol derajat. Berdua doang di negeri orang yang bahasanya tidak kami mengerti, tidak punya akses informasi yang bisa membantu menemukan tempat untuk bernaung. Membuat kami  hanya bisa memandangi Stasiun Yokohama dengan tatapan nanar.

~ suasana Yokohama di dini hari ~

~ ga tau bangunan apa ini, tapi ntah kenapa pengen bawa pulang dua2nya ~

Dengan langkah goyah, kami pun terpaksa keluar dari stasiun. Secara resmi kami menginjakkan kaki di tanah Jepang. Sebenarnya pengen cium tanah ala paus, tapi apa daya udara dingin menghapus niat itu. Liat ke sekeliling, Yokohama terlihat seperti Jakarta saat subuh, minus sampah, ditambah bangunan-bangunan super menarik.

Tapi tidak lama, setelah kesadaran kembali rasa panik mulai menyerang, harus segera mencari tempat bernaung. Hal pertama yang muncul di pikiran, cari tempat makan 24 jam. Dan ternyata bukan hal yang mudah. Sekalinya ketemu toko Family Mart yang masih buka, ternyata tidak menyediakan tempat duduk di dalam toko.Yang ternyata memang toko-toko setipe sevel di Jepang, tidak menyediakan tempat duduk di dalamnya. Jadi di mana biasanya anak-anak gaul Jepang ngumpul? #eh

~ rute menggelandang kami ~

Nelangsa, akhirnya kami balik lagi ke stasiun. Tapi baru berapa menit dah mati gaya. Hmm muncul ide jenius, bagaimana kalau nongkrong sebentar di taman kota. Jenius banget, karena udara dingin banget, kami malah mencari tempat terbuka. Tapi apa daya, setidaknya ada tempat untuk membunuh waktu, dengan langkah pasti, segera menetapkan Daimichi Park sebagai tempat persinggahan baru.

Menemukan taman daimichi bukan sesuatu yang mudah. Setelah berjalan cukup jauh, tanda-tanda keberadaan tamannya semakin absurd. Namun karena di papan penunjuknya tetap ada nama tamannya, kami yakin kami berada di jalan yang benar.

~ Di tempat inilah, kami beristirahat sambil menunggu waktu stasiun dibuka kembali ~

Tapi manusia boleh berencana, tetap Tuhan yang menentukan. Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada sebuah tempat bersinar, Jonathans Coffee & Restaurant. Daimichi bye bye, Jonathan's kamiii datang.Trimakaaasih Tuhan .. kecup kecup dari jauh

[Japan Trip] DIMULAI !!!


Tahun ini gw cukup beruntung, bisa jalan-jalan ke tempat-tempat yang sebelumnya bahkan ga pernah bermimpi akan bisa tiba ke sana. Tapiiiiii sepulang dari perjalanan, pekerjaan paling malas adalah mengupload photo dan menulis perjalanan tersebut di blog ini. Bukan karena  pertanyaan "EMANG ADA YANG MERHATIIN dan BACA?" terlintas di kepala, tapi lebih karena mengulang memori indah, dan bikin gw pengen ke sana lagi, lagi dan lagi. Tapi sayangnya situasi dan kondisi tidak memungkinkan.



Perjalanan pertama , dimulai pada pertengahan Maret tahun ini. Perjalanan mengunjungi rumah Totoro, yup salah satu karakter dari animasi Studio Ghibli, Studio Animasi favorit gw.  Trip ke Jepang ini bukan trip tiba-tiba, disiapkan dengan seksama setahun sebelumnya. Tentu saja dengan menggunakan pesawat AIR ASIA, thanks karena maskapai ini semua orang bisa melakukan perjalanan ke luar negeri. Perjalanannya berlangsung selama 5 hari di sana *bentar ya booo, dan itu pun  dipecah menjadi dua kota utama - Kyoto dan Tokyo. Standar sih. 

Karena penentuan kota baru dilakukan setelah memesan tiket, dan beberapa alasan kami memilih mengunjungi Kyoto terlebih dahulu, tapi kemudian muncul problem utama :  bagaimana caranya sampai ke Kyoto tidak terlalu siang, sehingga kami bisa memaksimalkan waktu selama di sana. Sementara kami sendiri tiba tengah malam, dan kereta terakhir beroperasi pukul setengah satu pagi. Dan tempat penukaran JRP di airport baru buka jam 7.45 pagi. Oh no, berarti kira-kira baru makan siang kami tiba di Kyoto, kalau menunggu loket di airport buka. Jadi terpaksa kami berangkat ke shin yokohama yang sudah buka pagi-pagi buta, pukul 5.30.

Rencana di buku, sudah tersusun dengan rapi dan (tampaknya) sempurna :
  • 23.00  tiba di Haneda Airport, urus bagasi dan imigrasi
  • 00.01  menuju ke Stasiun Yokohama, nginep di sini untuk selanjutnya ke Shin Yokohama.
  • 04.46 menuju ke Stasiun Shin Yokohama untuk menukar voucher JR Pass
  • 06.00 dari Stasiun Shin Yokohama menuju ke Stasiun Kyoto dengan menggunakan Shinkansen Hikari. 
Tapiiiiiiiii, tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan apa yang ada di buku. Manusia boleh berencana, tapi Tuhan yang menentukan. Sampai di Haneda setengah jam lebih cepat dari jadwal, proses bagasi dan imigrasi berjalan lancar walaupun antriannya panjang banget. Keluar dari  imigrasi, kami langsung  disambut keramahan orang Jepang. Walau tengah malam, petugas loket kereta, melayani dengan senyuman lebar. Mengajari kami yang tidak tau cara menggunakan tiketnya dengan sabar, karena ntah kenapa tiketnya gak bisa-bisa diproses :)). Jadi inget waktu di Jakarta mengalami hal yang sama, malah diketawain petugasnya >< .

ceritanya kedinginan abis
berusaha menghangatkan badan dengan menghembuskan napas dari dalam tubuh

Setelah beberapa menit mengikuti kursus singkat, kami berhasil masuk ke peron. Memandang ke seliling, di mana-mana ada tulisan hiragana katakana dan kanji. Woogh, kami benar-benar di JEPAAAAAAAANG. Akhirnya petualangan ini pun resmi dimulai.

Persiapan Menuju Negeri Sakura - Situs Penyelamat

Kalau kamu mau jalan-jalan ke negeri Sakura, beruntung bangetlah. Cukup duduk manis di depan komputer ditemani akses internet, kamu bisa punya gambaran yang lumayan sebelum menginjakan kaki beneran di sana.

Beberapa web yang sangat membantu kami dalam merencanakan perjalanan kemarin :

Hyperdia 


~ contoh tampilan hyperdia ~

Situs ini mantep semantep-mantepnya, menolong banget buat nentuin mau menggunakan apa dari stasiun A ke stasiun B. Lengkap dengan harga, lama perjalanan dan line yang harus diambil. Dan situsnya tidak dalam bahasa Jepang ^^.

JRP MAP
~ peta-peta yang disediakan di situs ~ 

Karena kami menggunakan JR Pass, otomatis rute yang disediakan JR menjadi prioritas utama sebagai alat transportasi kami di sana. Dan ntah kenapa di dalam buku semacam Tokyo Guide yang disediakan pemerintah sana, bukannya rute JR yang ditaruh tapi rute kereta non JR, sedikit useless buat kami. Dan memang di dalam keretapun disebutkan tiap nama stasiun dalam 4 bahasa, tapi tetep aja, berasa aman kalau megang petanya dalam bentuk fisik *iya diprint tentunya.

Japan Meteorological Agency 

Semacam BMI- nya Jepang. Perkiraan cuacanya akurat banget. Biar matahari bersinar terang, kalau di JMA ditulis bakal hujan, siap-siap bawa payung. Seperti waktu hari terakhir kami di Kyoto.

Hostelworld 

Memang ada banyak pilihan lain dalam menentukan akomodasi. Bisa lewat agoda atau air bnB, tapi pilihan kami jatuh ke situs ini untuk membantu. Info lumayan lengkap, dari tipe hotel sampai yang backpaker murah meriah. Dan cukup bayar DP saja berapa persen, pembayaran lunasnya nanti pas sampai di hotelnya.

Japan Guide 

Nah ini bener-bener contekan lengkap objek2 wisata normal. Lumayan ada peta daerah sekitar, cara menuju objek wisata ke sana, serta jam buka dan harga tiketnya.

Tokyo Cheapo
Kalau kamu punya dana terbatas dan pengen tetap punya pengalaman menarik di Jepang. Situs ini ga boleh dilewatkan. ^^. Banyak tempat menarik yang ga ada di web macam Japan Guide.Tokyo timeout, juga bisa jadi alternatif lain.

Kyoto Guide
Banyak informasi menarik terutama soal festival-festival yang sedang berlangsung di Kyoto. Dan ada free magazinenya juga. Cihuy banget kan.


Geliat Animasi Indonesia di awal tahun 2014

Setelah tahun 2013, mulai banyak animasi-animasi dalam negeri yang berkualitas hadir di televisi maupun channel youtube. Tahun 2014, sepertinya ada yang membawa angin cerah di dunia peranimasian Indonesia.

THE GOOSEBERRY PROJECT

Diawali dengan berita gembira dari Kampung Monster (Vienetta) OHA (Nini) dan Mechanimation (Garuda Riders), ketiga studio animasi Indonesia ini siap bergabung dengan pasukan elit blender dunia lainnya untuk mewujudkan The Gooseberry Project.



Apa itu The Goosebery Project? Sejak tahun 1996, Blender Institute telah menelurkan 6 film layar lebar yang selalu mencuri perhatian dunia animasi internasional. Tahun ini, Gooesebery, film yang berkisah tentang anak domba yang bercita-cita punya kehidupan yang lebih indah, telah dimulai produksinya. 12 studio dengan 60-80 artis yang tersebar di seluruh dunia ini, akan bekerja keras selama kurang lebih 18 bulan untuk mewujudkan film ini.

Lalu dari mana dananya? Buat film bukanlah hal yang murah kan? Nah, kalau kamu ingin berpartisipasi dalam film ini, tapi belum dapat kesempatan untuk terlibat langsung di produksinya. Dan kamu pengen film ini bisa selesai? Kamu bisa membantu mewujudkannya dengan memberi donasi. Ya, dengan memberikan donasinya. Cara pertama, bisa langsung mendonasikan lewat sini http://gooseberry.blender.org/, donasi mulai dari 20 euro sampai 175 euro dengan benefit masing-masing, silakan dibaca sendiri.

Tidak punya paypal atau credit card? Atau merasa terlalu mahal dengan donasi yang dipatok? Kamu bisa mendonasikan berapapun, sesanggupnya kamu ke nomor rekening resmi untuk pendanaan Gooseberry Project Indonesia atas nama : Moch Firman Shulthony (salah satu co-founder Kampoong Monster) BCA 6580584681. Gak punya rekening BCA? Santai, sekarang lewat jaringan ATM bersama bisa kok transfer ke BCA.

BURONAN FILM
*) untuk menonton trailernya silakan klik di namanya
Buronan film adalah kompetisi para filmmaker berhadiah 500 juta, peserta harus memasukan mulai dari naskah sampai konsep trailer. Saat ini sedang memasuki tahap voting, sebelum para peserta masuk seleksi selanjutnya. 

1. Buto Ijo


Dharmawan W (Cak Waw) seakan-akan ingin menjawab pertanyaan orang Indonesia yang selalu mempersoalkan kenapa para pelaku industri animasi Indonesia tidak ingin mengangkat tema dari negerinya sendiri. Namun anehnya, dengan konsep trailer semenarik itu, banyak sekali orang yang tidak menyukai ide ini. Maunya apa orang-orang ini. Semoga Buto Ijo bisa mematahkan kutukannya, sehingga film ini bisa kita lihat di layar lebar.

2. Ratika


Gw suka banget dengan warna dan style Ratika. Walaupun ceritanya mungkin terdengar tidak terlalu istimewa. Tapi sungguh di luar dugaan, Silvi Lim dan Rizki Katamsi bisa menghasilkan trailer semenarik ini. Menang atau kalah, gw sungguh berharap, Ratika tidak hanya berhenti menjadi sekedar konsep.

3. 7 Arca


Khas mas Alfi Zachkeylle sekali, mengabungkan mitos dengan petualangan. Dan kali ini ia menambah bumbu baru, genre horor slasher di dalam 7 Arca. Ceritanya agak berat kalau dibandingkan Ratika atau Buto Ijo. Di balik kesibukannya mengerjakan The Gooseberry kok bisa masih sempat-sempatnya membuat konsep cerita seperti ini. Salut, salut. Semoga 7 Arca bisa memikat pemberi suara lainnya ya.

4. Dua Juta Tahun Cahaya


Siapa yang tidak kenal dengan Si Nini? Animasi pendek yang menggetarkan dunia peranimasian Indonesia beberapa tahun yang lalu. Kali ini Johan Tri melangkah lebih maju lagi, menggabungkan 3d dengan live action dalam Dua Juta Tahun Cahaya. Vote gw buat film ini, selain tekhniknya, ceritanya juga sangat menarik.

Kalau kalian ingin mendukung salah satu dari mereka, atau bahkan keempatnya. Jangan lupa berikan vote kalian di buronan filmnya ya atau dari link yang ada di tiap-tiap nama. Mari wujudkan film favorit kamu, biar bisa muncul di layar lebar. 

Atau masih ada animasi lain yang mencuri perhatian di awal tahun ini? Go go Animasi Indonesia