Friendzone, huh?



"Gak ada yang namanya persahabatan cowok cewek itu murni berteman, pasti ada salah satu yang suka." kata salah satu teman baik gw sambil menyeruput minumannya dengan tenang. Ah, waktu itu gw sampai mati-matian berusaha mematahkan teorinya. Tapi... tapi, gw harus mengakui kebenaran teori yang dibuat dia beberapa bulan kemudian. Gw jatuh cinta kepada sahabat gw sendiri.

Awalnya tidak pernah gw sadari. Menjalani pertemanan dengan selayaknya, bener-bener nothing special deh. Dan gw bangga banget dengan persahabatan kami. Telephone? Iya. Sms? Iya. Ym-an? Iya, tiap hari deh semuanya. Sering jalan bareng? Iya. Pacaran ? Bukaaaan, cuma berteman saja. Kayak temenan dengan sahabat-sahabat wanita gw yang lain, cuma bedanya dia berkelamin pria. 

Sampai suatu hari, gw berniat menjodohkan dia dengan salah satu kenalan gw, seorang cewek manis, beda 180derajat lah ma gw. Perkenalan mereka berjalan lancar, terlalu lancar malah. Si pria mulai bercerita kalau dia mulai ada perasaan dengannya, bercerita detail tentang kegiatan pedekatenya. Gw mulai merasa risih, walau berusaha menanggapinya dengan gembira. 

Sampai pada satu titik. kami pergi bertamasya dengan teman-teman yang lain. Di situ, gw baru merasa benar-benar kehilangan. Lewat percakapan remeh temeh dengan wanita barunya, tiba-tiba disadarkan kalau gw bukan orang yang pertama tau tentang dirinya lagi. Gw sudah tergeser dari kisah hidupnya. Dan rasanya sakit sekali. Karena gw masih muda sekali saat itu, tidak mampu mengendalikan emosi, tidak pandai menyembunyikan perasaan cemburu, akhirnya banyak tindakan bodoh yang gw perbuat dan akhirnya malah menyakiti kami bertiga.

Lucky, Im in love with my best friend, NOT, setidaknya tidak terjadi di gw. Seandainya, seandainya gw tidak menyadari perasaan lain itu, mungkin .. mungkin, saat ini gw masih berteman baik dengannya. Ya, aku merindukan friendzone dengannya, merindukan kencan-kencan tak bermakna kami...