Tirta Empul

Mumpung main di sekitar ubud, gw memutuskan untuk mengunjungi Pemandian dan Pura Tirta Empul yang terletak di Tampak Siring, sekitar 20 kilometer dari ubud. Bersebelahan dengan Istana Tampak Siring, permandian ini dibangun sekitar bulan Oktober 960'an atau tepatnya pada Sasih Kapat tahun Icaka 884 kalau berdasarkan piagam batu yang terdapat di desa Manukaya.

Legenda asal usul tempat pemandian Tirta Empul, yang diperoleh dari website parisada (lembaga tertinggi Hindu di Indonesia) :
Menurut lontar "Mayadanawantaka", Raja Mayadenawa merupakan putra dari Bhagawan Kasyapa dengan Dewi Danu. Namun sayang, raja yang pandai dan sakti ini memiliki sifat durjana, berhasrat menguasai dunia dan mabuk akan kekuasaan. Terlebih ia mengklaim dirinya sebagai Dewa yang mengharuskan rakyat untuk menyembahnya.

Alkisah, lantaran tabiat buruk yang dimilikinya itu, lantas Batara Indra marah, kemudian menyerbu dan menggempurnya melalui bala tentara yang dikirim. Sembari berlari masuk hutan, Mayadenawa berupaya mengecoh pengejarnya dengan memiringkan telapak kakinya saat melangkah. Sebuah tipuan yang ia coba tebar agar para pengejar tak mengenali jejaknya. Konon dengan kesaktian yang dimilikinya, ia bisa berubah-ubah wujud atau rupa.

Namun, sepandai-pandai ia menyelinap, tertangkap juga oleh para pengejarnya, kendati -- sebelumnya -- ia sempat menciptakan mata air beracun, yang menyebabkan banyak bala tentara menemui ajal usai mandi dan meminum air itu. Lantas sebagai tandingan, Batara Indra menciptakan mata air penawar racun itu. Air penawar itulah yang kemudian disebut dengan Tirta Empul (air suci). Sedangkan kawasan hutan yang dilewati Mayadenawa -- dengan berjalan memiringkan telapak kakinya -- dikenal dengan sebutan Tampaksiring.
Puranya sendiri baru dibangun pada pemerintahan Raja Masula Masuli pada sekitar tahun 1178, atau 216 tahun kemudian. Di sebelah timur kita bisa melihat pemandangan Gunung Agung yang indah, dan Gunung Batur di sebelah utara. Seperti pura-pura lain di Bali, Pura Tirta Empul juga dibagi menjadi tiga, Jaba Pura (HaLaman Muka), Jaba Tengah (Halaman Tengah) dan Jeroan (Halaman Dalam).

~ mejeng dulu deket patung dekat pintu masuk, ini belum masuk ke dalam pura ~
~ Pura Campuhan , pura di bagian depan Tirta Empul ~

Di Jaba Tengah, kamu akan menemui dua buah kolam persegi empat panjang dengan 30 buah pancuran yang berderet dari Timur ke Barat menghadap ke Selatan. Masing – masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri. Kegiatan mandi di kolam dengan 30 pancuran ini menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Pura Tirta Empul. Tapi setelah gw mandi di sana, gw baru mempelajari beberapa hal :
  1. Bawa sarung dan ikat pinggang kain kamu sendiri, kalau kamu ingin mandi di sini. Karena ternyata kain dan ikat pinggang di depan pura yang dipinjamkan di sini tidak boleh dibasahi. 
  2. Kamu bisa mengganti pakaian kamu, di toilet yang terletak di sebelah kanan pemandian. 
  3. Ada beberapa pancuran yang tidak boleh digunakan. Seperti pancuran pertama dari sebelah barat tidak boleh digunakan, karena katanya hanya boleh dipergunakan oleh dewa. Sementara pancuran nomer 11 dan 12 hanya boleh digunakan pada upacara Pitra Yadnya.
  4. Sebelum kamu memutuskan untuk membersihkan diri di pemandian ini, ada baiknya kamu mengunjungi pura dalamnya terlebih dahulu. Karena pura tidak boleh dimasuki kalau kita mengenakan pakaian basah. Dan sialnya satu2nya sarung yang ada di gw, itu pun pinjeman dari pura, basah setelah gw pakai mandi. 
~ leyeh-leyeh di depan pancuran sambil merendam kaki ~
~ setelah puas, baru mulai ritual membersihkan diri di depan pancuran ~

Kalau kamu tidak mau mandi juga tidak masalah, kamu bisa duduk di tepi kolam sambil membersihkan kaki. Tapi beneran deh, mandi di sini benar-benar menyegarkan. Airnya memang dingin, apalagi buat gw yang terbiasa mandi dengan air panas. Tapi alih-alih merasakan kedinginan, hanya sensasi segarnya yang gw dapet. 

---------------
jam buka : 09.00 - 17.00
tiket masuk : 15.000 IDR

No comments: