Singing Toilet, Sanitasi untuk Sinabung


Gw dari dulu pengen banget nonton float secara langsung, dan selalu berhalangan hadir datang waktu mereka sedang manggung. Setelah melihat retweet-an teman dari dikdoank soal konser amal di mana float bakal manggung. Tidak, kali ini gw tidak boleh ketinggalan nonton mereka, apalagi setelah seminggu sebelumnya gw ketinggalan mereka manggung lagi waktu konser (amal) juga di kemang. Akhirnya janjian dengan Vian, Nata dan Hadi, maka berangkatlah kami ke konser ini.

Mendengar para musisinya yang terlibat terus berkata bahwa mereka kagum dengan kami yang datang ke sini, sebenernya agak membuat bersalah. Setidaknya buat gw. Well gw memang memilih dengan pelan-pelan baju2 yang ada di lemari untuk disumbangkan, dan memberikan donasi sebesar seratus ribu. Tapi itu semua untuuk dapat undangan konsernya, menyumbang itu nilai tambahannya. Jadi sebenernya mendengarkan mereka mengatakan itu, kayanya gimana gitu. Kami tidak layak untuk itu, gw ga layak untuk menepuk tangani diri gw sendiri.

~ kami dan Is dari Payung Teduh ~

Konser Sanitasi untuk Sinabung ini hadir dari ide Mas Is, Payung Teduh yang disambut baik oleh Dewan Kesenian Jakarta dan para musisi yang ikut terlibat dalam konser amal ini. Lalu kenapa sanitasi yang dipilih, kenapa bukan yang lain? Sejak pertengahan September tahun lalu, ketika Gunung Sinabung batuk sampai sekarang, jumlah pengungsi di Sinabung itu sudah mencapai angka 25.516 jiwa, atau sekitar 7.898 kepala keluarga. Nah memasuki bulan keempat, kondisi penampungan semakin memprihatinkan. Wabah diare menghantui para pengungsi karena minimnya jumlah MCK di sana. Seberapa minim, hmm kondisinya lima toilet diakses untuk 1000 orang. *data diambil dari buku kecil konser.

~ mengintip anak-anak teater tanah airku latihan ~

Di undangan yang kami pegang, konser dimulai pukul 5 sore. Jadi jam 4, gw udah di sana. Udah ramai, tapi masih belum ada barisan antrian. Sambil menunggu gw pun menonton anak2 teater tanah airku latihan. Gw kagum banget sama mereka. Bukan karena masih kecil udah latihan teater, bukan. Tapi begitu pelatihnya menunjuk mereka, mereka langsung bersorak gembira seperti sedang memenangkan sesuatu. Sementara gw pasti ga bakal seberani mereka, pasti langsung dipenuhi rasa was-was, mungkinkah gw bisa menjalaninya, kenapa gw yang harus dipilih kenapa bukan orang lain saja. Kapan gw bisa seperti mereka ...

~ lantai satu digunakan untuk bazar, yang sebagian keuntungannya disambungkan untuk sinabung~

~ buat yang mereka ga kebagian undangan dan masih mau menyumbang popok/pakaian bekas/masker/pembalut ~

~ yuks belajar antri dengan tertib ~

Setengah jam kemudian, gw memutuskan untuk mulai mengantri. Tidak lama kemudian terbentuk barisan, tapi sampai jam 5 pun pintu belum juga bisa masuk. Agak menyebalkan sih, karena pasti waktu pulang akan semakin molam berarti. Tapi di lain sisi, cukup menguntungkan karena masih menunggu Hadi yang belum tiba juga. Sekitar setengah 6, Hadi sudah tiba dan gong pertama pun dibuka. Akhirnya kami diijinkan untuk mengantri di depan pintu masuk teater. Dan sekitar jam 6, konser akhirnya siap dimulai.


Singing Toilet dibuka oleh penampilan dari Altajaru (Alam Terkembang Jadi Guru). Namanya memang tidak tertera di daftar artist yang akan tampil di undangan. Tapiii sungguh, penampilan pertama saja sudah membuat gw tersihir, terpaku melihat penampilan mereka.


Waktu tau Dik Doank mengisi konser ini, gw langsung mengernyitkan mata. Dik doank presenter itu? Ternyata dia awalnya memang penyanyi dan sudah menelurkan tiga album. Kata Vian, orang ini jenius banget. Dan gw langsung mengiyakan, setelah menonton penampilannya malam ini. Dik doank tidak sendiri malam ini, dia membawa anak-anak asuhannya yang tergabung dalam Kandank Jurank Doank (sekolah alam untuk anak-anak kurang mampu yang ia dirikan di rumahnya). Jangan anggap remeh anak-anak ini, penampilan mereka bukan penampilan ala anak2 yang tampil di pentas sekolah. Gw bingung, dimana Dik Doank bisa menemukan mereka. Suara anak-anak itu lebih bagus dari peserta idol2 di Indonesia, demikian juga dengan pemain musiknya. Dan penarinyaaa.. uugh gw tidak bisa berkata-kata, hanya mampu memberikan standing applause malam ini. Trimakasih dik doank dan adik2 kandank jurank, sungguh terimakasih sudah memberikan penampilan menyenangkan dan kesempatan untuk menyaksikannya.


Setelah Dik Doank, Glen Freddy pun tampil. Karena doi lebih dikenal daripada dua musisi sebelumnya suasana theater langsung heboh. Tapi buat gw, malam ini Glen terlalu biasa. Mungkin karena gw sudah disuguhi dua pertunjukan yang membuat kuping ini bernyanyi, dan mungkin karena Glen seorang musisi papan atas Indonesia, gw berharap minimal ada perasaan hangat di dada waktu mendengarkan. Ya ya gw berharap terlalu banyak, apalagi ia hanya membawakan dua lagu di atas panggung. Paling sedikit di antara musisi yang lain.


Salah satu keuntungan nonton konser non tunggal, kita bisa mengenal musisi keren yang sebelumnya sama sekali tidak kita tahu. Seperti Banda Neira, duo beraliran nelangsa pop yang terdiri dari Ananda Badudu dan Rara Sekar. Gak ngerti kenapa genrenya disebut nelangsa pop, mungkin karena musik-musiknya bertemakan hal-hal yang galau. Hahahaha . Diluar suara Rara yang sangat unik, gw merasa Badudu ini sangat menarik. Kalau kata Hadi, "Polos banget ya dia". Badudu seperti malu-malu di atas panggung, bikin gemes hahaha. Dan setelah dia mulai bernyanyi, bersahutan dengan Rara, langsung mengetarkan hati ini (warna suaranya Badudu ini sekilas mengingatkan ke Meng,vokalisnya FLOAT). Satu fakta unik lagi soal Badudu, dia tidak pernah paham kunci-kunci gitar untuk lagu Banda Neira (gak nyangka).


Waktu mas-mas mcnya bilang yang di sini bakalan iri sama kemesraan Endah n Rhesa. Gw pikir ah si mas bercanda ini. Tapi ternyata memang bikin iri, hahahaha. Bukan, bukan saat Rhesa berlutut di hadapan Enda, dan Enda mengungkapkan alasan dia menikahi Rhesa ..hohohohoo, tapi waktu Rhesa mengulurkan tangan di pinggir panggung, setelah mereka selesai bermain di atas panggung. 


Di pembukaannya Sigmun, band rock asal bandung ini mengungkapkan bahwa tugas mereka adalah membuat kami terjaga dan tidak mengantuk.Rock band, ada rock band di konser ini. Hehehe seriusan berasa aneh, duduk manis di bangku dengerin musik rock. Sedikit merasa bersalah ke Sigmun ><" karena berusaha keras untuk tidak bangun dari bangku dan loncat-loncat. 


Sigmund selesai, saatnya menenangkan badan dan pikiran lewat Payung Teduh. Hadi seneng banget, baru pertamakali gw liat dia segitu bersemangatnya, menyebutkan judul-judul lagu yang dibawakan Payung Teduh. Hahahaha begitu ternyata melihat langsung fans sebuah band.


Bonita and The Hush Band, tapi beneran ada husbandnya si mbak bonita kok :D. Langsung seger denger suaranya Mbak Bonita.

~ foto bareng Meng, vokalisnya Float. Mas yang dipojok sana jangan iri ya ~

Akhirnya akhirnyaaa ya ampuuun, kesampeaan juga liat float nyanyi. Pam parampam terongnengnong pam parampam ..paam.. lewat sudah tiga hari untuk selamanya .. Meeeeeeeeeeeeeeng ya oloooo, kok bisa sih punya suara seindah itu. Bikin floating2 gimana gitu  ^^.


Sebagai penutup konser, sapa lagi kalau bukan white shoes and the couple. Bangku-bangku sudah mulai kosong karena sudah hampir setengah satu, tapi Sari dan kawan-kawan semangat sekali membawakan lagu-lagu mereka. Terutama Sari yang kata Vian semakin lama semakin muda, ihiiy, terus menari-nari dari awal. Walaupun gw setiap kali bingung kalau liat mereka tampil, kenapa dia mesti menari-nari seperti itu.

Trimakasih kepada Dewan Kesenian Jakarta dan semua artis pendukungnya, trimakasih sudah mengijinkan kami beramal sekaligus memperoleh pertunjukan yang  berkualitas. Oh iya selain mendengarkan musik-musik yang menyenangkan, kami juga disuguhi film-film pendek pada saat jeda pergantian pemain. Walaupun beberapa film, kelewat absurd, sampai gw bingung ini maksudnya apa. Nanya kanan kiri gw pun, sama ga taunya. Tapi ada satu film yang akan gw inget terus, judulnya Anganku Tinggi Ke Bawah.Film yang disutradarai Charles Edward ini bercerita tentang Ito yang songong abis :)) dan sahabatnya Ace yang tidak pernah marah dan bijaksana. Mereka berdua tinggal di gunung Palu, dan belum pernah sekalipun turun ke kota. "Orang kota itu inginya jadi besar jadi hebat. Tapi mereka tidak tau kalau kita liat dari sini, mereka keliatan kecil sekali." ujar Ace yang mengingatkan Ito, kalau gunung tempat mereka tinggal pun tidak kalah hebatnya dari kota di bawah yang terlihat menarik sekali.

Trimakasih Singing Toilet atas banyak pelajaran hari ini. ^^

No comments: