[Mellow] Kita memang harus siap kapan saja (?)

37 hari yang lalu, gw kehilangan salah seorang guru dalam hidup gw. Kemarin gw juga baru kehilangan seseorang yang gw anggap sebagai paman gw. Dan dua2nya meninggal dalam suasana yang serba mengagetkan. 

# Thomas Slamet adalah seorang tetua yang dihormati di lingkungan tempat gw tinggal. Pagi itu ia masih melakukan rutinitas seperti biasa. Gowes pagi. Tidak lupa bertegur sapa dengan orang2 yang ia kenal, ketika melewati jalur treknya. Bahkan sempat menyeruput kopi di salah satu rumah temannya. Sebelum kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke rumahnya. Sampai di rumah, Beliau beristirahat, meluruskan badan, sementara istrinya pamit mandi dulu. Ketika istrinya, keluar dari kamar mandi. Betapa terkejutnya sang istri, menemukan beliau sudah menghembuskan nafas meninggalkan kita semua. 

# Kemarin pagi, Yohanes M masih sempat telephone2an dengan sang istri yang kebetulan sedang berlibur ke luar negeri bersama anak tertuanya. Tidak lama kemudian dia merasa tidak enak badan, dan minta tolong ke pembantunya untuk memanggilkan bajaj untuk mengantarkannya ke rumah sakit terdekat. Sekitar sejam kemudian, beliau sudah pergi, sendirian tanpa ada keluarga yang menemani di sisinya (anak keduanya pun sedang berdinas di luar kota).

Kemarin malam, gw hampir tidak bisa tidur, terlalu takut memikirkan 2 kejadian berturut2 tersebut. Bagaimana kalau gw meninggal dalam keadaan seperti itu, sendirian, tidak sempat berpamitan dengan orang2 yang gw sayangi. Bagaimana kalau gw belum siap menghadapi kematian itu. Walaupun gw tau semua orang pasti akan meninggal nantinya. Atau bagaimana kalau orang2 yang gw sayangi meninggalkan gw seperti itu. Di saat gw belum siap harus berpisah dengan mereka. 

No comments: