サマー タイム マシン ブルース


Samâ taimumashin burûsu atau judul bahasa inggrisnya Summer Time Machine Blues, langsung masuk dalam jajaran film favorit gw. Topik tentang perjalanan waktu memang sangat menyenangkan untuk diolah. Dan Makoto Ueda sudah dengan jenius menulis naskah yang segar, lucu, dan romantis. Dengan detail yang cukup rapi, mengingatkan perasaan menyenangkan waktu membaca one piece dan menemukan cerita yang sedang dibaca ada kaitannya dengan cerita di buku volume berapa.


Ceritanya sendiri tentang seputar 5 pemuda anggota klub Sci-Fi yang bahkan tidak tau kepanjangan Sci Fi di suatu universitas, 2 pemudi anggota klub fotografi yang ruangan klubnya berada di ruangan klub Sci-Fi, dan seorang pemuda masa depan yang berasal 25 tahun dari sekarang. Seperti rahasia umum, musim panas di Jepang itu bener-bener panas, sampai gosipnya ada yang mati kepanasan. Kelima pemuda ini juga merasakan panas tak terkira tersebut, terutama setelah mereka merusakan remote kontrol AC sehari sebelumnya. Sialnya karena remote kontrolnya sudah terlalu tua, tidak mungkin lagi untuk dibetulkan.

Setelah seorang pemuda masa depan, meninggalkan mesin waktu di ruangan klub mereka. Mereka kemudian melakukan perjalanan waktu ke satu hari sebelumnya untuk mengambil remote yang masih berfungsi. Dari situ mulai rangkain peristiwa terjadi satu demi satu melengkapi keanehan-keanehan di scene-scene awal, yang sebelumnya tidak gw sadari sampai gw menonton dua kali di hari yang sama (ya segitu sukanya gw sama film ini). Remote kontrol yang jadi sumber masalah tersebut pada akhirnya bisa sampai kembali ke mereka dalam keadaan berfungsi.

Namun buat gw yang paling berkesan dari keseluruhan filmnya adalah dialog ini :
Yui : Dont be shocked!
Takuma : What ? 
Yui : Maybe nothing would have changed.  Isn't it more logical to think everything's decided from the start?
Takuma : But if we hadn't gone, everything would be different.
Yui : Maybe even that ... was decided, too
Takuma : By who?
Yui : God, maybe .. 
Waktu gw denger dialog ini, yeah yeah akhirnya ada yang berpikir sama seperti gw, walaupun ini hanya cerita fiksi. Gw selalu percaya bahwa semua orang punya kisah hidupnya sendiri, mungkin ini juga yang membuat gw kehilangan motivasi dalam hidup wkwkwkwkkw. Tapi keyakinan ini pula yang menguatkan gw dalam peristiwa2 besar yang tidak menyenangkan. Semua sudah tertulis, dan kita tinggal menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Sama seperti apa yang tertuang dalam film ini.