~ menunggu kereta Metro Line yang membawa kami dari Bandara ke Hamamatsucho ~
~ vending machine pertama tempat gw membelanjakan Yen gw,
mirip sama yang di halte TJ tapi bisa ngasih kembalian .. Canggih #ndeso ~
Perjalanan dari Bandara ke Hamamatsucho dilanjutkan ke Yokohama berlangsung lancar. Bangga pada diri sendiri karena tidak tersesat, membuat kami berpikir telah berhasil menaklukan Tokyo. Tapiiii, ternyata kesimpulan itu terlalu cepat, saudara-saudara. Ada satu hal yang lupa diperhitungkan! Bahwa ternyata Stasiun di Tokyo tidak bisa diinapi. Damn !
Kedinginan karena suhu hampir nol derajat. Berdua doang di negeri orang yang bahasanya tidak kami mengerti, tidak punya akses informasi yang bisa membantu menemukan tempat untuk bernaung. Membuat kami hanya bisa memandangi Stasiun Yokohama dengan tatapan nanar.
~ suasana Yokohama di dini hari ~
~ ga tau bangunan apa ini, tapi ntah kenapa pengen bawa pulang dua2nya ~
Dengan langkah goyah, kami pun terpaksa keluar dari stasiun. Secara resmi kami menginjakkan kaki di tanah Jepang. Sebenarnya pengen cium tanah ala paus, tapi apa daya udara dingin menghapus niat itu. Liat ke sekeliling, Yokohama terlihat seperti Jakarta saat subuh, minus sampah, ditambah bangunan-bangunan super menarik.
Tapi tidak lama, setelah kesadaran kembali rasa panik mulai menyerang, harus segera mencari tempat bernaung. Hal pertama yang muncul di pikiran, cari tempat makan 24 jam. Dan ternyata bukan hal yang mudah. Sekalinya ketemu toko Family Mart yang masih buka, ternyata tidak menyediakan tempat duduk di dalam toko.Yang ternyata memang toko-toko setipe sevel di Jepang, tidak menyediakan tempat duduk di dalamnya. Jadi di mana biasanya anak-anak gaul Jepang ngumpul? #eh
~ rute menggelandang kami ~
Nelangsa, akhirnya kami balik lagi ke stasiun. Tapi baru berapa menit dah mati gaya. Hmm muncul ide jenius, bagaimana kalau nongkrong sebentar di taman kota. Jenius banget, karena udara dingin banget, kami malah mencari tempat terbuka. Tapi apa daya, setidaknya ada tempat untuk membunuh waktu, dengan langkah pasti, segera menetapkan Daimichi Park sebagai tempat persinggahan baru.
Menemukan taman daimichi bukan sesuatu yang mudah. Setelah berjalan cukup jauh, tanda-tanda keberadaan tamannya semakin absurd. Namun karena di papan penunjuknya tetap ada nama tamannya, kami yakin kami berada di jalan yang benar.
~ Di tempat inilah, kami beristirahat sambil menunggu waktu stasiun dibuka kembali ~
Tapi manusia boleh berencana, tetap Tuhan yang menentukan. Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada sebuah tempat bersinar,
Jonathans Coffee & Restaurant. Daimichi bye bye, Jonathan's kamiii datang.Trimakaaasih Tuhan .. kecup kecup dari jauh